Pada masa sekarang ini, remaja Indonesia tengah mengalami penurunan nilai-nilai norma dalam kehidupan. Bukan hanya di kalangan remaja, masyarakat Indonesia pada umumnya sedang dihadapkan dengan berbagai krisis kebangsaan yang serius. Masalah ini menjadi tanggung jawab dari keluarga dan lingkungan tempatnya hidup serta berkembang. Salah satu alternatif yang dilakukan oleh para orang tua yaitu dengan memercayakan putra putrinya untuk masuk ke pondok pesantren. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan membentuk santri yang mandiri dam berakhlak.
Al Basyir merupakan salah satu pondok pesantren terbaik di Kabupaten Bogor. Sebagai lembaga pendidikan islam, Al Basyir lebih mengedepankan pendidikan karakter sehingga mampu melahirkan lulusan yang memiliki idealisme, kemampuan intelektual serta perilaku mulia. Peran pondok pesantren dalam membentuk karakter santri yaitu dengan mengintegrasikan pembelajaran melalui teori dan praktik serta diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di sini, santri dididik untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran islam dengan penekanan pentingnya moral dalam bermasyarakat.
Pondok Pesantren Tahfizh Al Basyir menerapkan keteladanan dan menerapkan pendidikan holistik dengan menciptakan lingkungan dan kebiasaan melalui berbagai tugas dan kegiatan yang dilakukan di pondok pesantren. Pendidikan karakter dilakukan pada seluruh mata pelajaran, penanaman nilai-nilai karakter dilakukan dengan pembiasaan dan keteladanan yang terdapat di dalam setiap pembelajaran.
Direktur Ponpes Albasyir 2 (SMP-SMA) Al Ustadz Dr Sofyan Tsauri, M.Pd mengatakan Pembentukan (takwin) dan pendidikan krakter tidak hanya semata-mata melalui bangku sekolah melainkan penanaman nilai-nilai itu diagendakan dalam aktifitas sosial. Dalam hal ini para santri mendapat bimbingan dan keteladan langsung oleh para ustadznya. Selanjutnya apa yang dilakukan di pesantren tidak hanya menekankan pentingnya pengaplikasian nilai-nilai itu saja. melainkan, memberikan contoh langsung dalam kehidupan sehari-hari di Pesantren.
Dengan konsep pendidikannya non stop “24 jam” pesantren dapat membekali pribadi-pribadi anak didiknya (santri) dengan sikap-sikap rajin, jujur, kreatif, inovatif, bertanggung jawab,bekerja keras serta nilai-nilai terpuji lainnya.
Direktur Ponpes Albasyir 2 (SMP-SMA) Al Ustadz Dr Sofyan Tsauri, M.Pd mengutarakan, “model pendidikan pesantrenlah yang lebih terbukti keberhasilanya dalam mencetak santri yang shalih dan berakhlak mulia.”
Untuk mempertahankan eksistensi Pondok Pesantren, setidaknya pesantren tetap harus mampu mempertahankan pola-pola yang selama ini dikembangkan dengan tidak mengabaikan begitu saja modernisasi yang semakin menyeluruh (al-muhafadzatu a’la qodimi as-shalih wal ahdu bil-jadidi al-aslah) setidaknya ada dua aspek yang perlu dipertahankan yaitu; pertama, terkait dengan stuktur, metode, dan bahkan literatur yang bersifat tradisional, dengan ciri utamanya yaitu stressing pengajaran yang lebih kepada pemahaman tekstual (harfiyah). kedua, terkait dengan pemeliharaan sub-kultural (tata nilai) yang berdiri di atas pondasi ukhrawi yang terimplementasikan dalam bentuk ketundukan dan ketaatan kepada para ulama’, para ustadz dengan mengutamakan ibadah, hanya demi untuk memperoleh tujuan hakiki dan mencapai keluhuran jiwa.
Al Basyir menerapkan pembentukan karakter dengan melakukan keteladanan, baik dimulai dari pimpinan pesantren, guru dan warga pondok pesantren. Keteladanan menjadi salah satu syarat untuk menjadi guru di sini, karena guru yang akan menjadi suri tauladan bagi setiap santrinya. Nasihat selalu diberikan kepada santri serta kurikulum yang diterapkan di Al Basyir memang bertujuan untuk mendidik anak menjadi akhlakul karimah.
Penulis : Adinda Permatasari, S.Si
